Jatuh dan Memantul




Ada yang pernah bilang, kalo terbang jangan ketinggian… Ntar sakit kalo tiba-tiba jatuh…

Kata siapa?? Emang kalo jatuh pasti bakal langsung terkapar di tanah dan nggak bisa naik lagi ya??

Ya, mungkin bisa gitu. Kalo jatuhnya nggak pas posisinya. Atau mungkin, karena setelah jatuh nggak mau coba naik lagi. Cuma pasrah, diem, kesakitan, menderita… Bahkan minta tolong aja nggak mau. Mungkin bisa lebih parah, kalo kita terlalu meratapi gimana rasa sakitnya setelah jatuh...

Tapi gimana kalo gini??

Nggak perlu nyoba terbang lagi, deh. Gimana kalo kita nyoba niruin bola pantul aja. Yang kalo sekali dijatuhin ke tanah, bakal mantul lagi. Semakin keras jatuh dan dipantulin, bukannya semakin rusak. Bukan semakin hancur. Tapi semakin memantul tinggi. Tinggi. Tinggiii... Tinggi lagiiiii.... Semakin tinggiiii.... Dan semakin tinggi lagi melebihi pantulan awalnya…

Bukannya kalo gitu kita nggak bakal ngerasa sakit dan hancur ya??

Kalo kita nyoba ngikutin bola pantul, mungkin kita bakal bisa naik lebih tinggi. Dan nggak pernah takut saat harus jatuh dan terpantul. Karena semakin keras kita dijatuhkan, kita bakal memantul makin jauh dan tinggi… 
Sooo, let's bounce as high as we can... \(^o^)/ #bounce

It's Pray Time


Pernah berdo’a?? Sering, Kadang-kadang, Pernah.

Abis berdo’a tiap orang pasti punya keinginan yang sama. Mereka pasti pengen do’anya dikabulin. Kalo perlu, nggak pake lama. Kalo bisa detik ini juga, setelah kita selesai berdo’a dan bilang “Aamiin”, do’a kita langsung terkabul. Wkwk… Iya, itu sih pengennya tiap manusia. Mau yang serba instan dan praktis. Sekali kedip langsung muncul di depan mata.

Ada orang yang sekali do’a besoknya, bahkan detik ini langsung terkabul. Ada juga yang udah do’a berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, tapi beluuuum juga dikabulin. Nah, biasanya, kalo kaya gini kasusnya, orang udah mulai marah-marah, putus asa, atau parahnya negative thinking sama yang ‘ngabulin do’a’ (Tuhan). #curcol

Kadang orang nggak mau tau gimana prosesnya do’a itu bisa terkabul. Taunya mereka udah do’a (dengan cara masing-masing), Tuhan denger do’anya, lalu taraaaa…. Do’a terkabul. Dulu, aku termasuk salah satu orang yang pengennya gitu. Do’a langsung dikabulin. Itu dulu, sebelum aku tau gimana caranya Tuhan menjawab do’a seseorang.

Orang punya cara berbeda untuk menjawab pertanyaan. Tuhan juga sama, dia punya cara untuk menjawab do’a seseorang. Do’a tiap orang dijawab dengan cara berbeda sesuai kebutuhan masing-masing orang, bukan sesuai keinginan mereka.

Gimana caranya? Pertama, Tuhan langsung menjawab “YA” dan do’a terkabul. Persis sama seperti harapan orang-orang. Kedua, Tuhan menjawab “TUNGGU”, lalu mengabulkan do’a di waktu dan tempat yang tepat. Terakhir, Tuhan menjawab, “TIDAK”, dan menggantinya dengan yang lebih baik dan terbaik untuk kita.

Jadi, yang sampai hari ini masih ngerasa do’anya nggak dikabulin, nggak usah negative thinking dulu. Do’amu pasti dijawab. Bisa dengan YA, TIDAK, atau mungkin…. TUNGGU.



Mika said, "Just be yourself"



Cuplikan percakapan dalam film “Mika”

Mika    : Kamu mau nggak jadi pacar aku??
Indi     : Jadi pacar kamu??
Mika    : Iya, jadi pacar aku.
Indi     : Terus, kalo aku jadi pacar kamu, aku harus ngapain??
Mika    : Ya nggak ngapa-ngapain. Jadi diri kamu sendiri aja. :)

What a nice conversation! Kata-katanya Mika di percakapan itu bagus banget. To the point dan sangat mengena. Kamu nggak harus jadi siapa-siapa untuk jadi istimewa di hadapan orang lain. Cukup jadi diri kamu sendiri aja.  Dan kamu akan jadi istimewa dengan sendirinya.

Bahkan di depan orang yang paling kamu sayang dan kamu anggap special, tetaplah tampil apa adanya dan nggak perlu berpura-pura. Kamu akan keliatan lebih istimewa buat dia kalo kamu tampil apa adanya. Just be yourself! :)

#Edisi abis nonton “Mika” (lagi)

Experience




What will you do if you’ve just get a bad experience??
TRY TO FORGET IT as soon as possible!!
If I were you, I won’t do it…

Hidup memang tidak selalu kita lewati dengan pengalaman manis dan menyenangkan. Pengalaman buruk kadang (bahkan mungkin sering) juga mampir.
Yang paling sering dilakuin orang ketika pengalaman pait ini ‘baru aja mampir’ di kehidupannya adalah membuangnya jauh-jauh dan berusaha melupakannya.

Alasannya?? Hampir semua sama.
Karena pait…
Karena nggak enak…
Karena harus dilupain…
Karena nggak pantas diingat dan dikenang….
Etc.                                                                                                      

Ok, it’s not a bad idea, but also not the best….
Terkadang, melupakan pengalaman buruk yang kita dapat bukan JALAN TERBAIK. Kenapa harus dilupakan kalo dari pengalaman itu kita bisa belajar banyak hal??
Tanpa disadari, ternyata BANYAK PELAJARAN yang bisa kita ambil. Buat apa?? Jelas biar lain kali kita nggak ngelakuin kesalahan yang sama dan lebih bijak ngadepin masalah semacam itu.

“Experience is too precious to be forgotten… Because every experience teaches you something, even if it was a bad experience…”


A Story of an Eagle





Tahukah kalian berapa rata-rata usia seekor Elang??

70 tahun!!! Itulah rata-rata usia seekor Elang. Jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan rata-rata usia burung lain, bahkan mungkin jika dibandingkan dengan rata-rata usia manusia. Tahukah kalian?? Tidak mudah bagi Elang untuk mencapai usia itu. Elang harus mengambil pilihan yang berat untuk mencapai usianya yang panjang. Why?? There’s a little story about it…

Ketika mencapai usia 40 tahun, Elang akan mengalami banyak perubahan pada dirinya. Paruhnya yang semula tajam dan biasa digunakannya untuk mencabik mangsa, lama kelamaan akan terus tumbuh dan membengkok ke bawah. Sehingga dia kesulitan untuk mencabik mangsanya.

Kukunya yang sangat tajam dan biasa digunakan untuk mencengkram mangsanya, juga akan tumbuh membengkok dan tidak setajam sebelumnya. Membuatnya kesulitan untuk mencengkram dan menangkap mangsanya.

Bulunya yang semula halus dan ringan, lama kelamaan akan tumbuh semakin lebat dan berat. Membuatnya sulit untuk terbang seperti biasa. Semua perubahan itu mebuatnya kesulitan untuk mencari mangsa dan bertahan hidup.


Saat itulah, Elang dihadapkan pada dua pilihan!

Mati perlahan dengan kondisi mengenaskan, atau melakukan transformasi dan bersabar sebentar untuk hidup lebih lama.

Bersabar sebentar. Itulah yang dilakukannya. Untuk melakukannya, Elang akan terbang ke puncak gunung tertinggi. Disanalah dia akan melakukan semua transformasi itu. Disana, dia akan mematahkan paruhnya yang panjang dan bengkok ke batuan pegunungan yang keras. Lalu mengasahnya sehingga menjadi setajam semula. Dia juga  menajamkan kukunya dengan cara yang sama, dipatahkan dan diasah pada bebatuan yang keras. Setelah itu, dia akan mencabuti satu persatu seluruh bulunya. Sehingga bulu yang lebat dan berat akan digantikan oleh bulu baru yang lebih ringan.

                150 HARI!!

Itulah waktu yang dibutuhkan Elang untuk melakukan semuanya. Apakah semua itu harus dilakukan? Ya, harus!! Dia harus memilih, melakukannya dan bersabar selama 150 hari untuk hidup hingga usia 70 tahun, atau tidak melakukannya dan mati di usia 40 tahun.


Setelah selesai melakukan serangkaian perubahan terbesar dalam hidupnya itu, Elang akan melakukan terbang perdana yang menandai lahirnya dirinya. Menjadi sosok yang baru dan lebih baik dari sebelumnya.

Nice story! Dari perjalanan hidupnya, Elang mengajarkan banyak hal. Untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, kita harus berasni melakukan perubahan. Dan terkadang, perubahan itu adalah perubahan drastis. Kita harus berani meninggalkan kenangan masa lalu, meninggalkan sesuatu yang dirasa perlu, dan keluar dari comfort zone untuk mencapai sesuatu yang jauh lebih baik.

Sakit! Mungkin itu yang akan dirasakan ketika perubahan itu terjadi. Tapi percayalah! Dibalik sakitnya, ada nikmat yang lebih baik setelahnya.

Semua perubahan mungkin terjadi. Dan itu datangnya dari diri kita sendiri. Sekarang, giliran kita yang memilih. Mau terus seperti ini, atau mencoba berubah dan jadi lebih baik?? :)